.jpeg)
Desa Adiarsa – **Slempet sarung** atau melempar sarung adalah permainan tradisional yang sering dimainkan oleh anak-anak pada umumnya, terutama setelah selesai shalat Tarawih. Biasanya, anak-anak saling melempar sarung sambil menunggu giliran tadarus di masjid. Permainan ini dilakukan dengan riang dan penuh canda tawa, menjadi bagian dari keceriaan bulan Ramadhan. Namun, seiring berjalannya waktu, permainan ini telah berganti makna menjadi **perang sarung**, yang kini identik dengan tawuran antarremaja. Sarung yang dulunya hanya digunakan untuk bermain, kini diisi dengan batu, gir motor, atau bahkan senjata tajam lainnya, menjadikannya alat yang berbahaya. Seperti yang terjadi di Desa Adiarsa pada Minggu, 09 Maret 2025**pukul 01.00 dini hari**, di kawasan **BUMDes Pemecah Batu** yang sudah tidak aktif, aksi perang sarung antara pemuda Desa Kertanegara dan Desa Maribaya menimbulkan keresahan warga Adiarsa.
---
### **Kronologi Kejadian**
Menurut laporan dari **Kadus III Adiarsa**, terdengar suara keributan di lokasi BUMDES Pemecah batu sehingga memancing pemuda Adiarsa untuk mencari tahu apa yang terjadi,rupanya terjadi aksi **perang sarung**, dua kelompok remaja. Meskipun tidak ada korban jiwa, aksi ini menimbulkan keributan yang mengganggu ketenangan warga sekitar.
Warga yang segera bergerak untuk mengamankan lokasi dan mencegah insiden yang lebih serius. Beberapa warga bahkan berinisiatif menangkap pelaku yang terlibat sebelum aparat keamanan tiba. Laporan pun segera disampaikan kepada **Bhabinkamtibmas**, yang dengan cepat merespons dan datang ke lokasi untuk membantu. Berkat kerja sama yang baik antara warga dan aparat keamanan, **6 pelaku** berhasil diamankan dan **2 sepeda motor** yang digunakan dalam kejadian ini disita untuk dibawa ke **Polsek Karanganyar** guna ditindaklanjuti secara hukum.
---
### **Tindakan Cepat Warga dan Aparat Keamanan**
Warga Desa Adiarsa menunjukkan solidaritas dan kepeduliannya dengan segera melaporkan kejadian ini kepada **Bhabinkamtibmas**. Aparat keamanan pun merespons dengan cepat dan datang ke lokasi untuk membantu mengamankan situasi. “Kami sangat mengapresiasi langkah cepat warga dan aparat keamanan dalam menangani insiden ini. Ini adalah bukti bahwa masyarakat Desa Adiarsa peduli terhadap keamanan dan ketertiban,” ujar Kadus III Adiarsa.
### **Imbauan kepada Warga**
Pemdes Adiarsa mengimbau seluruh warga untuk tetap waspada dan melaporkan setiap kejadian yang mencurigakan kepada aparat keamanan. “Kami mengajak seluruh warga untuk bersama-sama menjaga keamanan dan ketertiban desa. Mari kita ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi semua,” ujar Mawan Romansah selalu Kadus III
---
### **Pesan Moral: Perangi Hawa Nafsumu, Bukan Sesamamu**
Insiden perang sarung ini menjadi pengingat bagi kita semua bahwa bulan Ramadhan seharusnya menjadi waktu untuk meningkatkan kualitas ibadah dan memerangi hawa nafsu. Alih-alih saling bermusuhan dan melakukan tindakan yang merugikan, mari kita gunakan energi dan waktu untuk berbuat kebaikan. Seperti pesan yang sering kita dengar, **“Daripada perang sarung, mending perangi hawa nafsumu.”**
---
### **Penutup**
Insiden perang sarung di BUMDes Pemecah Batu menjadi pengingat akan pentingnya menjaga kerukunan dan keamanan di tingkat desa. Dengan kerja sama antara Pemdes Adiarsa, aparat keamanan, dan masyarakat, diharapkan kejadian serupa dapat dihindari di masa depan. Mari kita jaga bersama keamanan dan ketertiban Desa Adiarsa agar tetap menjadi tempat yang aman, nyaman, dan harmonis bagi seluruh warga.
