You must have JavaScript enabled in order to use this theme. Please enable JavaScript and then reload this page in order to continue.
Loading...
Logo Desa Adiarsa
Desa Adiarsa

Kec. Kertanegara, Kab. Purbalingga, Provinsi Jawa Tengah

ADIARSA MAJU

Mangu

BAYU ROHANI 21 Mei 2025 Dibaca 13 Kali
Mangu

Karangmangu “sebuah dusun di Desa Adiarsa” memanggil untuk berpikir lebih dalam.

Secara bahasa, "Karang" kerap dimaknai sebagai tempat yang keras. Dalam imaji kita, karang adalah batu cadas, tanah yang sulit ditanami, daerah tandus yang menantang siapa pun yang ingin hidup di atasnya. Namun siapa sangka, Karangmangu justru memiliki tanah yang subur, menghasilkan buah-buahan berkualitas yang bahkan tidak ditemukan di dusun lain di Desa Adiarsa.

"Mangu", dalam bahasa Jawa, bermakna ragu-ragu, diam terpekur, bimbang dalam batin, tenggelam dalam pikiran yang belum menemukan jawaban. Siapa yang tak pernah terdiam dalam hidupnya? Dalam sunyi yang tak terdengar orang lain, manusia menghadapi pertanyaannya yang paling pribadi.

Kemudian pertanyaannya adalah siapakah yang pertama kali mencetuskan nama tempat ini? Mengapa tanah yang subur dan penuh kehidupan ini dinamai dengan kata yang seolah keras "karang" dan kemudian disandingkan dengan keraguan"mangu"? apakah dia seorang pemabuk? Apakah dia seseorang yang sedang dilanda kebimbangan hidup? Ataukah dia seorang perenung, yang justru menemukan makna dan keteguhan dalam sunyi dan perlawanan batin? Bisa jadi nama ini lahir dari seorang yang tidak sekadar melihat permukaan, tapi menggali kedalaman alam dan jiwa: bahwa tempat ini bukan sekadar apa yang tersurat, melainkan tersirat ruang spiritual, tempat menimbang, memilih, dan akhirnya menjadi teguh.

Lalu apakah keliru jika kita memisahkannya: "Karang" dan "Mangu". Karena "Karangmangu" adalah satu kata utuh, tanpa spasi. Ia bukan sekadar dua kata yang digabung jadi satu tetapi sebuah entitas makna yang melampaui arti harfiah. Ia adalah tempat permenungan, ruang batin, di mana tanah keras dan pikiran bimbang bertemu melahirkan keteguhan dan kesadaran yang lebih tinggi.

Maka Karangmangu bukanlah kontradiksi. Ia adalah sintesis: tempat keras penghilang keraguan, perenungan yang melahirkan keyakinan, bukan tempat untuk peragu namun tempat yang melahirkan ketangguhan diantara banyak perbedaan pikiran. Ia adalah cermin manusia: tak selalu lunak, tak selalu pasti, tapi mampu menemukan hikmah jika dijalani dengan konsisten.

Karangmangu adalah kita.

Karangmangu adalah cerita yang belum selesai.
Karangmangu adalah tempat pulang… bagi mereka yang mencari arti hidup lebih dari sekadar rutinitas

Beri Komentar
Komentar baru terbit setelah disetujui oleh admin
CAPTCHA Image